Cerpen Apocalypse World Part 7

by Unknown , at 07.12 , have 0 komentar

Apocalypse World



Assalamualaikum Wr Wb

AHHLAN WA SAHLAN ........ padahal saya gak tahu artinya, tapi kelihatannya sih artinya selamat datang. Oke malah ngebahas bahasa arab, kali ini ane mau membagikan cerpen lagi apa lagi kalo bukan APOLACYPSE WORLD Bagaimana pada penasaran atau tidak, mari langsung saja kita baca aksi Tom (Karena kalo menyaksikan sudah terlalu mainstream).




Apocalypse World : Ready to War !


Tom dan Ica terbangun dengan wajah ditodong senjata api. Keduanya terdiam seribu kata melihat yang menodong adalah Amirul dan Bella. Jadi dua orang ini termakan hasutan Dajjal toh batin Tom menantang mata Amirul.
“ternyata menemukan keduanya gampang yah” ucap Amirul senang.
“bisa kita ngomong baik-baik?” tanya Tom
“iya, kita ngomong baik-baik dulu. Kalian berdua kenapa?” tanya Ica takut.
Amirul dan Bella tertawa “setelah kalian kami serahkan ke pihak yang berwajib, dunia ini akan kembali normal” tukas Bella.
Tom menghela napas lesu “kalian juga bukan temanku, tapi biar kuluruskan ini, setelah kalian selesai menangkap kami, kalian hanya akan di bunuh”
Keduanya tersenyum “tahu apa kau orang gila” Amirul melirik Bella “mereka bilang kalau kita bunuh mereka tak apa kan?” Bella mengangguk.
Tap! Tom menangkap senjata api mereka berdua dan dengan cepat Ia menodong balik keduanya.
“pergi sebelum kutembak!” teriak Tom kesal.
“huh!” Amirul mengeluarkan granat dari sakunya
Tom menendang tangan Amirul sampai granat yang dipegang Amirul terpental jauh. “pergi atau kukeluarkan otak kalian!” keduanya saling pandang lalu pergi dari situ.
dengan lemasnya Tom meletakkan dua senjata api tadi di lantai lalu pergi mengambil dua botol air mineral. Ia lalu duduk di sebelah adiknya.
“kau masih takut?” tanya Tom
“tidak, Tapi kenapa mereka berdua seperti itu kak?”
“biarlah, beberapa hari lagi mereka akan mati”
“begitu yah, apa kita tak bisa dapat teman lagi”
“entahlah”
Tiba-tiba dari belakang tembok tempat Tom dan Ica bersandar
meledak. Keduanya terpental menabrak rak-rak toko. Tom masih sadar walaupun kepalanya banyak mengeluarkan darah. Sedangkan Ica pingsan dengan kepala dan bahu yang terluka. Tom berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit, dilihatnya dari tembok yang sudah berlubang besar itu berdiri Amirul dan Bella. Ia begitu geram melihat keduanya tersenyum licik ke arahnya. Tapi begitu ia hendak berlari menghampiri keduanya, sebuah mobil besar menerobos masuk ke dalam toko sampai menabraknya.  Keduanya lalu masuk ke dalam mobil besar itu dan pergi meninggalkan Tom dan Ica.
Sorenya Tom terbangun. Aku masih hidup batin Tom lalu berdiri dan kemudian menghampiri adiknya, ia duduk di sebelah adiknya sambil menutup luka di kepalanya dengan bajunya sendiri. Dilihatnya adiknya belum juga sadar tapi masih hidup. Ia lalu menyusuri toko untuk mencari obat-obatan atau sesuatu yang bisa dipakainya. Setelah lama mencari ia hanya mendapat perban, obat merah dan alkohol murni. Setelah itu ia mengobati luka-luka adiknya, ia bersihkan darah-darah diwajah adiknya sambil menggeram kesal. Awas kalian bajingan! Umpat Tom dalam hati. Selesai mengobati dan membersihkan adiknya, ia melepas bajunya di kepalanya dan menyiramkan alkohol murni ke luka di kepalanya, ia meringis sebentar lalu ia lap darah-darah yang ada dikepalanya setelah itu ia perban kepalanya sendiri, bajunya ia biarkan tak dipakai, karena bajunya terlalu banyak darahnya.
Hari sudah malam, adiknya juga belum bangun. Dilihatnya beberapa zombie masuk ke dalam toko.  Ia lalu mengambil senjata yang didapatnya dari Amirul dan Bella. Kemungkinan besar yang lainnya akan datang lagi jika aku menembak mereka pikir Tom membidik zombie yang sudah masuk ke dalam toko. Ia membuang senjatanya lalu berbalik dan membopong adiknya. Sial kepala dan kakiku sangat sakit gara-gara tadi ia membatin menahan sakit.
Dilihatnya lubang besar di dinding tadi, tak ada zombie yang masuk  lewat lubang itu. ia dengan tertatih-tatih kabur lewat lubang itu. ia kemudian keluar dari toko dan berada di gang sempit yang sangat bau. Ia  berjalan menuju jalanan yang tampak sepi. Saat ia berada di jalan raya ia malah dikejutkan oleh zombie-zombie yang berjatuhan dari langit. Ia melihat ke atas, banyak helikopter yang mengangkut  peti temas yang isinya ternyata zombie semua. Ia langsung duduk lemas sambil tetap menjaga adiknya agar tak jatuh.
Perang apa ini? Tom melihat zombie-zombie yang berjatuhan mulai merangkak  mendekatinya. Dajjal sialan itu, kalau saja aku bisa membunuhnya, kenapa juga tuhan menciptakannya dan hanya bisa dibunuh oleh orang itu? pikir Tom kesal.
Tiba-tiba adiknya siuman, ia tersenyum melihat kakaknya. Tom membalas senyum itu tapi tak berapa lama ia bangkit sambil menggendong adiknya. Memangnya sudah berapa kali aku hampir mati, kalau hanya begini saja aku frustasi, aku hanya akan ditertawakan Dajjal sialan itu batin Tom.
Ia kemudian menyapu sekitarnya dengan matanya, dan dilihatnya sebuah mobil yang masih bagus terpakir ditepi jalan. Ia  memecahkan kaca mobil tersebut lalu membuka pintunya, ia masukkan adikknya ke kursi belakang, setelah itu ia duduk di belakang setir, ia periksa semua celah-celah mobil apa ada kuncinya atau tidak, tapi setelah dIcari kesegala tempat ternyata memang tak ada, ia lalu menarik beberapa kabel dari bawah setir dan tak lama kemudian mobilnya menyala.  Ia kemudian mengemudikan mobil tersebut dan pergi dari tempat itu.
Ia lihat ke atas, helikopter-helikopter yang belum menurunkan zombie mengejarnya. Bajingan mereka! Umpat Tom kesal. Ia kemudian berhenti di tengah-tengah perempatan jalan. Zombie-zombie berjatuhan dihadapannya dan diatas mobil, membuat badan mobil ringsek tapi tak membuat Tom atau Ica terluka, setelah ada zombie lain yang jatuh diatas mobil Tom menginjak pedal gas dan pergi dari situ, ia berhenti di tiap perempatan sambil menunggu zombie-zombie dijatuhkan. Setelah tiga perempatan, tak ada lagi helikopter yang mengejarnya dan menurunkan zombie-zombie dari peti temas.
Tom memutar setirnya menuju sebuah klinik. Dari luar dua zombie sedang berdiri didepan klinik tersebut. Dan keduanya sekarang mulai menghampiri mobil yang Tom dan Ica naiki. Tom melihat sekitarnya, tak ada satupun zombie selain dua zombie tadi, ia kemudian menabrak dua zombie tadi lalu melindas kepala keduanya sampai remuk dan otak-otak busuknya terburai keluar.
“ayo keluar, biar kakak sembuhkan luka Ica” Tom membuka pintu belakang.
“tapi Ica sudah diperban” balas Ica lemas sambil keluar dari mobil.
“kakak Cuma mau cek, apa Ica ngalamin luka serius apa enggak” Tom lalu menarik tangan adikknya.
“aw..! sakit” baru beberapa langkah Ica sudah merasakan sakit di lutut dan bahunya.
Tom lalu jongkok dan memeriksa kaki Ica “yang mana yang sakit?”
“lutut kak, sakit banget!”
“hm..” Tom menyentuh sedikit lutu adiknya
“aw..aw.. sakit”
“Cuma bengkak biasa, tak ada kerusakan di tulangnya. Ayo masuk kita cari obat” Tom mengangkat adiknya.
Keduanya masuk kedalam klinik yang keadannya cukup kacau, seorang mayat ibu-ibu dengan kepala hancur terkapar di depan kursi-kursi tunggu. Tom mendudukan adiknya di atas meja operator.
“sebentar yah kakak ambil obat dulu” Tom lalu mengeluarkan pisau belati dari saku celananya “pakai ini kalau ada zombie datang” Tom lalu masuk ke ruangan khusus obat
“tapi tunggu kak!” Tom menoleh kebelakang “sampai kapan kakak gak pake baju?”
“bentar lagi kakak pake baju kok” Tom melirik mayat tanpa kepala yang terkapar diruangan khusus obat.
Tom memakai kaos yang dipakai mayat tanpa kepala tersebut yang sedikit berdarah lalu mencari obat-obatan. Selesai itu ia kembali lagi menghampiri adiknya dan mengobati lutut dan bahu adiknya. Selesai mengobati adiknya, ia kemudian mengobati kakinya yang terkilir.
Setelah selesai dan membawa beberapa obat serta alat-alat yang diperlukan Tom dan Ica pergi dari klinik tersebut.
“kita kemana kak?”
“kita perang, tapi sebelum itu…-“
“AWAAAASSS….!!” Ica berteriak kencang saat matanya melihat seorang yang terjatuh karena dikejar oleh beberapa zombie membuat Tom menginjak rem sampai ban mobil berdecit nyaring.
Tom dengan cepat memutar setirnya lalu menabrak zombie-zombie itu dan membukakan pintu belakang.
“naik!” teriak Tom kepada orang itu “cepat!” orang itu tak mengerti karena Tom menggunakan bahasa indonesia, sedangkan orang itu tampaknya orang amerika, tapi ia akhirnya naik juga.
Tom kemudian memacu mobil pergi dari tempat itu. Tom kemudian bertanya kepada orang yang baru saja ia tolongnya itu.
“kau tahu tempat aman disini?” tanya Tom dalam bahasa inggris.
“lurus saja sampai di dekat dermaga, di sana ada bengkelku”
Beberapa saat kemudian mereka sampai di bengkel yang dimaksud. Ketiganya lalu masuk ke bengkel tersebut. Begitu sampai di dalam bengkel orang tadi memperkenalkan dirinya  sambil mencoba menggapai tombol yang ada di langit-langit bengkel. Ica  mengambil sapu lalu menekan tombol itu. orang tadi kagum melihat Ica.
“anak pintar” komentar orang itu.
“hey Rex, tombol apa itu?”
“untuk membuka ruangan rahasia” ia lalu menarik rak tempat onderdil mobil setelah itu ia menggeser dinding dibelakang rak tadi. Setelah digeser, tampak sebuah ruangan gelap.
“tempat apa ini?” tanya Ica dalam bahasa inggrisnya yang rada jelek.
“gudang senjata” Rex lalu menghidupkan lampu ruangan tersebut dan terlihat berbagai macam senjata api, bom, pisau, pedang dan alat-alat perang lainnya.
Tom tersenyum ia mengambil pisau dari tangan adiknya “pinjam sebentar” ucap Tom lalu ia menarik dagu Rex dari belakang dan mengarahkan belati ke arah mata Rex.
“jadi kau antek orang itu”
“ada apa ini?” Rex tampak ketakutan
“kau ketakutan tapi mempunyai banyak senjata. Apa itu tak mencurigakan?”
“aku tak mengerti, kenapa kau melakukan ini?”
“kakak kenapa? Jangan kak!” Ica menarik baju kakaknya
“apa Ica tak ingat dengan Amirul dan Bella, atau Sasaki dan pak Catur?” Ica tercenung, ia berhenti menarik baju kakaknya.
“tolong lepaskan aku, apa salahku? Aku tak mengerti apa yang kau bIcarakan” pinta orang itu ketakutan.
Orang ini, batin Tom merasakan getaran dari dagu Rex. Ia benar-benar sedang tak membual saat tak tahu apa-apa. Tapi aku belum percaya pikir Tom lalu ia makin dekatkan belatinya ke mata Rex.
“biar kuperjelas, apa kau disuruh  seseorang untuk membunuh seorang bocah berwajah asia yang bersama adiknya?”
“tidak pernah, aku baru kemarin bangun dari rumah sakit dan saat aku bangun semuanya sudah begini. ini seperti didalam film-film. Aku benar-benar takut” Rex lalu menangis dengan ingus yang meleleh dari hidungnya.
“bukankah kau mantan militer?” tanya Tom melihat foto Rex bersama teman-temanya menggunakan seragam tentara terpampang di sudut ruangan.
“memang, tapi aku dibebas tugaskan karena membuat seluruh teman-temanku terbunuh karena aku memberi informasi salah”
“sudahlah, aku tak tertarik mendengarnya, bagaimana jika kau membantuku mel..-“ Tom terhenti.
“membantu?” tanya Rex
“kau bilang baru bangun dari rumah sakit?”
“iya”
Tom lalu mengambil senter diatas meja didekatnya.
“biar kuperiksa” Tom menyenter mata Rex “jangan bergerak, biar kuperiksa” Rex lalu diam.
Hm…. Orang ini benar-benar baru bangun dari rumah sakit, mungkin ia koma selama beberapa hari  pikir Tom mematikan senter.
“bantu aku melawan dalang dari semua ini”
“siapa?”
“orang yang mengaku dirinya sebagai tuhan, kau lihat helikopter yang membawa peti temas?”
“aku melihatnya, mereka menurunkan orang-orang gila itu”
“mereka zombie, seperti difilm-film”
“apa ini lelucon?”
“terserah mau bilang apa, tapi kita harus menghentikan orang ini. mungkin ia akan mengirimkan orang-orangnya untuk menyerbu tempat ini”
“menyerbu?” Rex terbelalak.
“anu, bukannya mau nyela. Tapi dimana Ica bisa tidur?” ucap Ica
Tom terkejut. “apa Ica merasa ngantuk setelah kebentur keras tadi?”
“bukan, Ica kurang tidur sejak kakak jatuh dari helikopter itu” Tom bernapas lega.
“dimana kami bisa tidur?” tanya Tom kepada Rex menerjemahkan ucapan adiknya.
“tarik saja rantai yang ada disudut itu, nanti tangganya akan turun. Kalian bisa tidur diatas”
 Tom lalu menarik rantai di sudut ruangan yang dimaksud lalu menyuruh adiknya naik ke atas. Ica takut sendirian, jadi mau tak mau Tom menemani adiknya naik ke atas dan menemaninya sampai ia tidur. Setelah beberapa menit, Tom turun lagi ke bawah karena Ica sudah lelap dimimpinya.
Saat Tom menghampiri Rex, dia sedang sibuk merakit bom. Tom duduk disebelah Rex dan membantunya merakit bom. Rex tampak terkejut melihat Tom bisa merakit bom.
“aku pernah merakit bom” ucap Tom mengetahui ekspresi Rex yang terkejut.
Bocah yang mengerikan batin Rex melirik Tom yang dengan cepat merakit bom dari pada dirinya. Selesai merakit bom, Tom membantu Rex membersihkan senjata api. Siapa dia ini!? dia bahkan dengan mudahnya membersihkan senjata berat batin Rex terkejut melihat Tom selesai membersihkan senjata berat. Setelah selesai keduanya memakai rompi anti peluru.
“bukankah ini alat pelacak beserta monitornya?” tanya Tom mengambil sebuah alat yang mirip hp jadul dan sebuah benda bulat yang cukup kecil.
“tampaknya tak perlu kita pakai” balas Rex sibuk memasukkan amunisi ke saku rompinya.
“bawa ini” Tom melempar benda bulat yang kecil tadi “walaupun aku tak butuh, tapi kau mungkin butuh, oh iya bukankah ini bisa disematkan ke lengan?” Tom lalu mengambil sebuah gelang yang cukup lebar untuk menyematkan monitor tadi setelah itu ia memakainya di tangan kanannya.
“kau bilang tak butuh? Apa kau bisa melacak?”
“tentu saja, aku bisa melacak siapa saja, apa saja dan dimana saja”
Rex makin terkejut, apa dia berbual? Tanya Rex dalam hatinya.
“kau pakai juga, tapi batrainya hampir habis” Tom melepas lagi monitor tersebut lalu meminta Rex mengisi baterainya.
Selagi Rex mengisi baterai monitor tersebut Tom menghampiri sebuah katana jepang yang ada di balik rak-rak senjata berat. Dengan senyum mengembang ia mengambil katana tersebut lalu menghampiri Rex.
“jadi kau bisa menggunakan pedang?”
“di game die or life aku menggunakan katana yang kurampas dari wanita jepang yang sudah tua, dan aku selalu menang”
“game apa itu?”
Tom lalu menjelaskan sedikit permainan tersebut, Rex tampak tak percaya tapi setelah ia melihat bagaimana keahlian Tom barusan ia jadi percaya kalau Tom tak membual.
“jadi kau kurang bisa menggunakan senjata api seperti senapan dan pistol”
“jangan salah sangka, aku juga ahli menembak”
“kau bahkan melampaui seorang tentara”
“jangan dibesar-besarkan, oh iya, kau berjaga malam ini. aku harus memulihkan kakiku” Tom lalu naik ke atas kemudian tidur disamping adiknya.
Esoknya Tom memasak sarapan dengan membuat api unggun di dalam bengkel, ia mendapatkan kayu dari meja di kamar yang ia tiduri tadi malam. Rex ngomel-ngomel begitu tahu mejanya dibakar. Tom mengacuhkan Rex. Setelah capek ngomel, Rex duduk di sebelah Ica yang baru saja bangun.
“makanlah” Tom memberikan makanan yang dibungkus kotak kardus ke Rex “tak ada tempat yang bisa kupakai”
Setelah itu ia memberi Ica kotak yang sudah ia isi dengan masakannya. Ica yang memang sangat lapar, langsung dengan cepatnya melahap makanan tersebut. Selesai itu Tom mengecek kakinya yang masih terasa sakit.
“biar kulihat” Rex yang sudah selesai makan menghampiri Tom.
Tom menunjukkan kakinya kepada Rex. Rex kemudian menyentak kaki Tom dengan kuat. Tom mengerang kesakitan. Ia bahkan mengeluarkan air mata saking sakitnya. Ica cepat-cepat menghampiri kakaknya.
“kakak kenapa?” tanya Ica khawatir.
“kakak gak kenapa-napa” balas Tom terengah-engah menahan sakit.
“ternyata kau pandai juga, aku tak punya nyali untuk melakukannya tadi, karena terlalu sakit” ucap Tom masih terengah-engah menahan sakit.
“tentu saja, aku pernah belajar hal-hal seperti ini”
Siangnya kaki Tom sudah baikan, ia sudah tak merasa sakit saat berjalan tapi jika ia berlari kakinya akan terasa ngilu. Ia kemudian menghampiri Ica yang sedang diajari Rex menembak.
“apa lutut dan bahu Ica sudah tak sakit?”
“bahu sih oke kak, tapi lutut masih belum, kalau jalan agak lama sakit”
“baguslah” Tom lalu melihat Rex “kita cari makanan, sekalian mencari dua bajingan”
“adikmu belum pulih, kita cari makanan saja”
“kita tak akan lama, jika dua jam aku belum membunuh dua bajingan ini kita pulang” Tom lalu melihat Ica “tunggu kakak yah? dua setengah jam deh kakak tinggal”
“kakak mau cari mereka berdua?”
“tentu saja”
“jangan kak, mereka kan baik”
“kalau kakak tak bunuh mereka, mereka akan bunuh kita”
Ica diam saja, ia tak tahu harus bIcara apa lagi. “kalau begitu Ica tunggu” Ica dengan lemasnya berjalan lalu naik ke lantai atas.
“ayo pergi” Tom kemudian memasukkan amunisi ke saku rompinya lalu mengambil senjata api dan tak lupa katana ia selempangakan dipunggungnya.
Tom dan Rex kemudian pergi menggunakan mobil yang Tom bawa tadi malam. Keduanya awalnya pergi ke minimarket terdekat lalu memasukkan makanan kedalam bagasi sebanyak-banyak. Setelah itu Tom memutar setirnya ke mini market yang kemarin. Tom keluar dari mobil lalu melihat kebawah. Ia lihat bekas-bekas ban mobil yang masih terlihat.
“apa kau yakin bisa melacak mereka dikota?”
“serahkan saja padaku” Tom lalu masuk kedalam mobil lalu pergi dari situ.
Rex tampak tak yakin, karena Tom beberapa kali berhenti dan tampak kebingungan tapi setelah itu ia tersenyum kemudian mengebut sejadi-jadinya. Dan setelah hampir setengah jam Tom menemukan mobil besar yang kemarin terparkir di sebuah parkiran rumah sakit.
“siapkan senjatamu” Tom lalu keluar dan memeriksa mobil itu, tapi baru saja ia hendak mencoba membuka pintu mobil itu, ia diberondong tembakan dari arah rumah sakit.
Rex menembak orang yang menembak Tom, untung saja Tom tak terkena tembakan itu. ia kemudian mengikut Rex yang berlari masuk ke rumah sakit.
Begitu sampai didalam, mereka berpencar. Tom melihat timer di monitor di lengannya, ia masih punya waktu satu setengah jam lagi. ia berlari di lorong rumah sakit dan membunuh siapa saja yang ia temui, tak peduli itu tentara berpakaian hitam, zombie maupun manusia biasa, semuanya ia tembak.
Tom sampai di depan tangga dan ia menemukan Bella yang kakinya terkilir karena terjatuh dari tangga dan Amirul yang sedang berlari menghampiri Bella. Ia kemudian menembak kaki Amirul dan tangannya, ia juga tak lupa menembak kaki dan tangan Bella.
Ia mengeluarkan pisau lalu menghampiri keduanya yang ketakutan.  Ia menarik Amirul menjauh dari Bella,  kemudian menyayat kulit Amirul sedikit demi sedikit. Setelah itu ia berhenti lalu menyayat kulit Bella sedikit demi sedikit.
“biar kuberi tahu kau, aku bukan orang yang membunuh orang tuamu. Dan lagi, pulau Kalimantan itu memang harus diledakkan, terlalu banyak orang munafik disana” ucap Tom sambil mulai menguliti kulit jari Bella sedikit demi sedikit, Bella Cuma bisa berteriak kesakitan.
Tom lalu menghampiri Amirul, ia membuat lubang di perut Amirul, lalu ia masukkan tangannya dan mulai membesarkan lubang diperut Amirul dengan tangannya.  Amirul meraung kesakitan, tubuhnya sampai kejang-kejang.
Tom tertawa senang, mendengar Amirul berteriak sampai suaranya hampir hilang, ia menarik keluar usus-usus Amirul  lalu ia menyumpalkan usus  itu ke mulut Amirul. Amirul masih tersadar. Tom kemudian menyuntik Amirul dengan sesuatu yang membuat Amirul masih kuat walaupun ususnya dIcabuti.
“kau berisik sekali” Tom makin menyumpalkan usus-usus kemulut Amirul.
Tom lalu menusuk paha Amirul kemudia ia putar-putar pisau itu didalam paha Amirul, membuat Amirul berontak walaupun tangan dan kakinya tak bisa bergerak. Tom lalu memasukkan tanganya lagi ke dalam perut Amirul lalu ia remas jantung Amirul. Tapi baru Tom remas dua kali, Amirul sudah mati.
Ia lalu menarik katananya, setelah itu ia menebas kepala Amirul sampai terbelah dua dan otaknya terlihat. Ia kemudian memasukkan katananya lagi lalu mengambil otak Amirul dari batok kepalanya.
“makan ini, aku yakin kau lapar” Tom menyempalkan otak tadi ke mulut Bella yang sedari tadi ikut berteriak selama Amirul disiksa Tom.
Kepala Bella berontak, tapi Tom menahan kepalanya supaya tak bergerak dan ia mudah memasukkan otak itu kedalam mulut Bella. Setelah itu ia melirik ke monitor di lengannya, masih ada waktu 40 menit lagi pikirnya. Bella lalu memuntahkan otak tadi sambil terbatuk-batuk karena ia sedikit menelan potongan otak tersebut.
“kalau begitu giliranmu mati” Tom memgang payudara Bella “aku selalu penasaran apa isi dari benda ini” Tom lalu memotong payudara Bella, Bella berontak walaupun tak ada pengaruhnya dengan Tom tapi ia tetap berontak sambil meraung-raung kesakitan dan minta ampun.
“ternyata begini isinya” Tom menyumpalkan potongan payudara yang baru saja ia potong ke mulut Bella “jangan berisik!” bentak Tom
Setelah itu Tom menusuk telinga Bella lalu memutar-mutar pisaunya didalam telinga Bella. Bella makin gila berontak. Tom kemudian menyuntik Bella dengan sesuatu lalu menarik pisaunya dari telinga Bella.
Bella memuntahkan potongan payudaranya lalu memohon kepada Tom supaya diampuni sambil menangis. Tom Cuma menggeleng lalu mulai menusuk perut Bella kemudian ia masukkan tangannya secara paksa dari luka tusukan tadi. Bella meraung kesakitan, Tom dengan cepat menyumbat mulut Bella dengan potongan payudara milik Bella sendiri.
Kenapa? Kenapa aku masih kuat menahan rasa sakitnya? Apa yang disuntikkannya tadi? Batin Bella melihat isi perutnya diaduk-aduk Tom.
Tom lalu menarik semua usus-usus Bella kemudian membuat lubang yang lebih besar lalu mengeluarkan semua isi perut Bella. Tom tak sadar kalau Bella sudah mati saat ia menarik keluar semua usus Bella.
Rex yang mendengar suara jeritan dan raungan menghampiri arah suara tersebut yang ternyata suara Amirul dan Bella yang disiksa Tom. Begitu Rex melihat Tom sedang membersihkan tangan dan wajahnya dari noda darah, Rex gemetar.
“kau pembunuh gila” ucap Rex terbata-bata menahan muntah melihat usus-usus dan organ-organ manusia terburai.
“mereka ingin membunuh orang yang sudah menyelamatkan hidup mereka, jadi orang itu balik membunuh mereka. Memang apa salahnya. Mereka tak ubahnya dengan binatang liar. Tak tahu berterimakasih, yah walaupun aku menyukai perempuan itu, mau bagaimana lagi, dia minta ampun saat ia sekarat, walaupun kuampuni pastinya dia akan mati” crocos Tom lalu berjalan menghampiri Rex.
“jadi dua orang itu menghkhianatimu?” tanya Rex
“bukan Cuma itu, ia membuat satu-satunya keluargaku hampir mati. setelah orang-orang berubah menjadi zombie, yang kupunya hanya adikku, satu-satunya keluargaku yang kupunya”
“tapi membalas mereka seperti itu bukan tindakan yang baik” Rex menepuk pundak Tom.
“itulah caraku membunuh manusia sungguhan” Tom lalu menatap wajah Rex “jika kau bekerjasama dengan orang lain dan mengkhianatiku itu tak apa, asal jangan kau sakiti adikku. Jika kau sakiti adikku, kau akan seperti mereka” Tom lalu berjalan keluar dari rumah sakit.
“itu bercanda bukan?” tanya Rex takut
“aku  sungguh-sungguh” balas Tom.
Keduanya lalu pulang ke bengkel Rex menggunakan mobil besar yang digunakan Amirul dan Bella kemarin dan tak lupa memindahkan makanan yang sudah mereka bawa dari mini market. Begitu keduanya sampai Tom dan Rex langsung disambut Ica. Ica memeluk keduanya dengan senang. Tom mengelus kepala adikknya lega karena tak ada yang datang ke tempat ini saat ia meninggalkan adikknya.

Bagaimana cerpennya, nantikan aksi Tom selanjutnya di part berikutnnya, OKE.

Sekian dari saya

Wassalamualaikum Wr Wb 
Cerpen Apocalypse World Part 7
Cerpen Apocalypse World Part 7 - written by Unknown , published at 07.12, categorized as CERPEN . And have 0 komentar
Next Posting Lama
No comment Add a comment
Cancel Reply
GetID
Copyright ©2013 Opang Blog by
Theme designed by Damzaky - Published by Proyek-Template
Powered by Blogger